I. PENDAHULUAN
Kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari (menelaah) karya sastra dengan langsung memberikan pertimbangan baik dan buruk, kekurangan dan kelebihan, atau bernilai tidaknya sebuah karya sastra Kritik sastra membutuhkan teori sastra. Untuk dapat memberikan kritik terhadap suatu dengan tepat dan objektif antara lain di butuhkan teori khas sastra, Teori penilaian, teori pendekatan, teori jenis sastra,
Untuk menganalisis dan menilai karya sastra adalah orientasi karya sastra yang menentukan arah atau corak kritik sastra. Orientasi karya sastra itu berdasarkan keseluruhan situasi karya sastra, yang meliputi orientasi mimetik, pragmatik, ekspresif, dan objektif.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis objektif pada novel Supernova karya
I. PEMBAHASAN
Dee yang bernama lengkap Dewi Lestari, lahir di
Dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh hanya melibatkan masyarakat dan budaya tertentu. Seperti pada kutipan di bawah ini:
“Nada itu terdengar angkuh. Dimas langsung tahu bahwa Ruben termasuk geng anak beasiswa orang-orang sinis, kuper yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku. Sementara dari gayanya, Ruben pun langsung tahu bahwa Dimas termasuk geng anak orang kaya, kalangan mahasiswa
Dari kutipan di atas tokoh-tokah yang di ceritakan dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh merupakan kehidupan anak muda dan mahasiswa
Berdasarkan kritik objektif yang berorientasi pada karya sastra, dan ditujukan kepada teks sastra yang berupa novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Apabila diperhatikan strukturnya dapat diuraikan bahwa pengarang, Dewi Lestari menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan sudut pandang ini, karena pengarang tidak ingin berada dalam cerita, sehingga yang terjadi pengarang tidak bebas dan tidak dapat ikut larut dalam ceritanya.
Alur yang terdapat dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh adalah alur campuran tidak semua cerita diungkap secara linier, akan tetapi ada beberapa cerita yang diungkap secara flash back. Penyajian alur seperti ini membuat pembaca tidak bosan, karena dalam penyajian terdapat variasi, akan tetapi pembaca akan lebih sulit memahami ceritanya.
Latar yang dipakai untuk menggambarkan cerita pengarang banyak meggunakan model lingkungan perkotaan yang metropolis dan memiliki akses teknolgi dan informasi yang baik. Adapun kutipan yang mendukung:
“Nggak ada kapoknya itu orang-orang, “ gumam Re. Cukup terkesan akan sikapnya yang tidak langsung menolak mentah. Ia lebih memperhatikan seekor kupu-kupu yang terbang di dekat jendela. Sungguh ganjil ada kupu-kupu mungil berwarna putih terbang di ketinggian gedung seperti ini” (
Latar tempat yang dipakai dalam novel Supernova, sesuai dengan lingkungan sang pengarang yang memang tinggal di daerah