Selasa, 16 Februari 2010

KRITIK OBJEKTIF NOVEL SUPERNOVA KARYA DEE

I. PENDAHULUAN

Kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari (menelaah) karya sastra dengan langsung memberikan pertimbangan baik dan buruk, kekurangan dan kelebihan, atau bernilai tidaknya sebuah karya sastra Kritik sastra membutuhkan teori sastra. Untuk dapat memberikan kritik terhadap suatu dengan tepat dan objektif antara lain di butuhkan teori khas sastra, Teori penilaian, teori pendekatan, teori jenis sastra, gaya, komposisi, struktur karya sastra, dan sebagainya.

Untuk menganalisis dan menilai karya sastra adalah orientasi karya sastra yang menentukan arah atau corak kritik sastra. Orientasi karya sastra itu berdasarkan keseluruhan situasi karya sastra, yang meliputi orientasi mimetik, pragmatik, ekspresif, dan objektif.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis objektif pada novel Supernova karya Dee. Kritik objektif ini memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepasakan dari siapa pengarang dan lingkungan sosial budaya pada zamannya, sehingga karya sastra dapat dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri. Jadi secara garis besar kritik obyektif menitikberatkan pada teks sastra (strukturalisme dan intrinsik)।

I. PEMBAHASAN

Dee yang bernama lengkap Dewi Lestari, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Selain di dunia penulisan, ia juga aktif di dunia musik bersama trio vokal Rida, Sita, Dewi. Novel yang dihasilkan oleh Dee ini berjudul Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Supernova: Akar merupakan karya keduanya sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh.

Dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh hanya melibatkan masyarakat dan budaya tertentu. Seperti pada kutipan di bawah ini:

“Nada itu terdengar angkuh. Dimas langsung tahu bahwa Ruben termasuk geng anak beasiswa orang-orang sinis, kuper yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku. Sementara dari gayanya, Ruben pun langsung tahu bahwa Dimas termasuk geng anak orang kaya, kalangan mahasiswa Indonesia berlebih harta yang tidak pernah ia suka” (Dee, 2000:5).

Dari kutipan di atas tokoh-tokah yang di ceritakan dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh merupakan kehidupan anak muda dan mahasiswa Indonesia. Selain itu novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh memberikan alternative bagi pembaca yaitu dengan adanya istila-istilah asing juga makna dari kata supernova, ksatria putri dan bintag jatuh sehingga dapat disimpulkan bahwa novel Supernova termasuk sastra serius.

Berdasarkan kritik objektif yang berorientasi pada karya sastra, dan ditujukan kepada teks sastra yang berupa novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Apabila diperhatikan strukturnya dapat diuraikan bahwa pengarang, Dewi Lestari menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan sudut pandang ini, karena pengarang tidak ingin berada dalam cerita, sehingga yang terjadi pengarang tidak bebas dan tidak dapat ikut larut dalam ceritanya.

Alur yang terdapat dalam novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh adalah alur campuran tidak semua cerita diungkap secara linier, akan tetapi ada beberapa cerita yang diungkap secara flash back. Penyajian alur seperti ini membuat pembaca tidak bosan, karena dalam penyajian terdapat variasi, akan tetapi pembaca akan lebih sulit memahami ceritanya.

Latar yang dipakai untuk menggambarkan cerita pengarang banyak meggunakan model lingkungan perkotaan yang metropolis dan memiliki akses teknolgi dan informasi yang baik. Adapun kutipan yang mendukung:

“Nggak ada kapoknya itu orang-orang, “ gumam Re. Cukup terkesan akan sikapnya yang tidak langsung menolak mentah. Ia lebih memperhatikan seekor kupu-kupu yang terbang di dekat jendela. Sungguh ganjil ada kupu-kupu mungil berwarna putih terbang di ketinggian gedung seperti ini” (Dee, 2000:23).

Latar tempat yang dipakai dalam novel Supernova, sesuai dengan lingkungan sang pengarang yang memang tinggal di daerah Bandung yang merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki akses informasi yang baik. Dengan menggunakan lingkungan perkotaan yang metropolis sebagai latar tempat, memang akan lebih membangun cerita dari novel Supernova, dibandingkan dengan menggunakan latar tempat di lingkungan pedesaan.

Senin, 15 Februari 2010

Bangkit dari Penyesalan

Ketika Penyesalan datang janganlah selalu memikirkan hal itu, karena akan menimbulkan penyesalan-penyesalan baru, mulailah dengan berdo'a, berusaha untuk mencapai keberhasilan yang tertunda.
Bahasa Dunia